Tuesday, March 27, 2012

Tuesday, March 27, 2012
Para Penanam Pohon

Bagaimana seharusnya aku memulai kisah ini teman. Kata apa yang sebaiknya ku tuliskan untuk menyampaikan kisah ini. Sepertinya sudah terlalu basi kita mendengar kisah yang dimulai dengan kata “suatu hari” atau “suatu ketika”.
Baiklah kawan mungkin itu hanya sekedar basa-basi. Ingin sejenak kuberitahukan kisah ini padamu. Kisah sederhana yang ditulis oleh orang sederhana. Tidak ingin sebenarnya kusampaikan ini padamu teman karena kau juga tahu tentang hal ini. Kau tahu pula kan aku bukanlah orang yang pandai berkata-kata. Karena kutahu teman kau lebih punya potensi dariku. Pernah kita menanam sebuah pohon teman. Pohon apa itu?.  Pohon itu hanya kita berdua yang tahu kan?. Pohon yang kita sering sebut sebagai impian atau cita-cita. Orang lain pun belum bisa memastikan pohon apa itu. Namun teman, nanti orang juga akan tahu setelah pohon itu berbuah. Pohon yang kita rawat sejak kecil dan selalu kita sebut-sebut saat kecil pula. Pohon itu begitu kita perjuangkan dengan ilmu yang diajarkan oleh penanam pohon sebelum kita. Pohon itu selalu kita bayangkan teman bagaimana bila buahnya nanti bisa kita panen. Namun teman, untuk merawat satu pohon hingga berbuah baik itu misi yang cukup sulit. Pernah kuberpikir, pohon yang kita tanam itu akan langsung berbuah baik tanpa harus bersusah payah memperhatikannya. Namun ternyata tidak begitu teman!.

Memang benar teman. Pohon itu mungkin akan berbuah tapi buahnya tidak memuaskan hati penanamnya. Bisa juga pohon yang kita tanam itu mati sia-sia begitu saja. Tidak kawan!. Aku tak mau jika semuanya sia-sia. Begitu juga denganmu kan?. Apakah kau rela teman?, pohon yang kita tanam sejak kecil itu tidak menghasilkan apapun. Tentu tidak kan teman?. Karena kutahu teman kita tidak sedikit menghabiskan waktu untuk merawat pohon itu. Kita juga banyak lelah karena pohon itu. Banyak pula pengorbanan yang kita lakukan agar pohon itu bisa kita nikmati hasilnya nanti. Tapi entah kapan masa panen itu akan tiba?. Jawabannya hanya pada kita teman. Hanya ada ditangan kita. Orang lain tidak begitu tahu tentang impian kita. Mereka juga tidak begitu yakin dengan kita, tapi kita yakin dengan impian itu. Karena hanya kau dan akulah yang tahu tentang pohon itu. Kita tanam pohon itu sedalam yang kita mampu agar tidak mudah dirobohkan dan tidak pula digoyahkan oleh orang lain.
Kau tentu tahu kan temanku?. Semua orang juga menanam pohon dan selalu menaruh harapan serta menggantungkan impian. Tapi teman masing-masing orang beda impian. Mereka mungkin menanam pohon yang berbeda dari kita. Namun jangan sangka mereka itu menanamnya mudah teman. Mungkin mereka lebih berat dari kita. Memang begitu seharusnya kan, untuk hasil yang baik diperlukan pula kerja keras yang tinggi. Karena kau tahu teman, semua orang itu pasti akan merasakan kerja keras.


  ***
 Usia kita pun sudah beranjak dewasa. Pohon kita itu pun bertambah pula usianya. Kita ucap syukur waktu itu karena Allah masih membiarkan kita hidup sampai hari itu. Dan pohon kita juga masih tumbuh subur. Tak lupa pula harapan dan impian yang semakin besar  agar pohon itu bisa kita nikmati buahnya nanti. Namun bukan berbuah busuk tapi berbuah baik. Itulah yang kita harapkan. Seperti yang kukatakan padamu waktu itu. Kau masih ingat kan teman?. Untuk menghasilkan buah yang baik itu tidak mudah. Kita harus merawatnya penuh dengan kesabaran. Aku pernah mendengar dari orang yang lebih dahulu memanen daripada kita mengatakan “Bahwa untuk bisa mencapai satu impian tidaklah harus dikerjakan sekaligus, namun hanya satu langkah kecil yang dilakukan secara terus-menerus dengan penuh semangat”. Ternyata orang itu memang benar teman. Pohon kita ini tidak mungkin bisa besar seperti sekarang ini jika dulunya kita hanya memikirkan pohon yang berbuah baik tapi  hanya sekedar berangan-angan. Kau tahu kan angan-angan itu beda dengan cita-cita. Kujelaskan padamu waktu itu bahwa cita-cita itu dilakukan dengan kerja keras sedangkan angan-angan hanya memikirkan sesuatu namun tidak mau berusaha.
    Pohon itu pun kini terus tumbuh subur teman. daunnya semakin lebat, rantingnya pun semakin bercabang sehingga banyak burung yang singgah diranting pohon itu. Walau daunnya lebat pohon itu belum juga berbuah. Kau tahu kan teman impian kita itu masih sangat jauh. Impian yang sulit memang teman.
Pernah suatu  ketika waktu itu. tentu kau masih ingat. Saat itu pohon kita hampir mati.   Sungguh berat waktu itu. Kemarau waktu itu terlalu panjang, tapi temanku kita tidak menyerah kan?. Kita carikan air untuk pohon itu walaupun jauh tempatnya. Sampai-sampai kau hampir menyerah karena sulitnya air untuk didapatkan.
“kau tidak ingin kan impian kita mati sia-sia”.
Apakah kau rela pohon yang kita tanam bertahun-tahun itu akan sirna dengan sedikit cobaan. Kujelaskan padamu waktu itu. Mungkin hanya tinggal melewati masalah ini impian kita bisa didapatkan. Atau mungkin hanya tinggal menghancurkan tembok penghalang itu, setelah itu akan tiba masa panen. Syukurlah kawan kau kembali semangat karena kata-kataku padamu waktu itu. Akhirnya kita dapat melewati masalah itu walaupun cukup berat. Untunglah Tuhan Maha Melihat teman. Dia tidak membiarkan impian kita itu mati sia-sia. Di akhirkan Nya musim kemarau dan digantikan Nya dengan musim hujan. Pohon kita pun kembali berdaun lebat. tapi belum sampai disitu teman. Impian kita itu masih sangat jauh. Menunggu masa panen akan tiba pasti akan selalu ada halangan yang harus dipecahkan.
Kini pohon kita itu semakin bertambah besar. Pucuk buah pohon itu pun sudah mulai terlihat. Betapa senangnya kita waktu itu teman. Pohon yang kita impikan itu mulai menampakkan sedikit harapan. Kita pun semakin semangat ketika itu.
Seiring bergantinya waktu pucuknya pun mulai menjadi. Harapan kita pun semakin besar namun seiring itu pula usia kita semakin lanjut. Badan yang dulunya kokoh dan kuat kini hanya hanya menysakan sedikit tenaga. Aku pun mulai merasa lelah teman. Aku ingin sejenak menyandarkan diriku kebatang pohon kita itu. Melihat buah yang semakin menjadi dan menikmati hasil perjuangan kita itu teman. Namun aku kini mulai mengantuk, mungkin sudah terlalu lama kita melewati waktu bersama pohon itu. Aku ingin tidur sejenak teman. Hanya sejenak saja!. Aku akan bangun jika buah itu sudah bisa dipanen. Namun jika aku tidak terbangun temanku maka tolonglah engkau sadarkan aku karena sepertinya aku akan tertidur pulas. Aku akan bangun untuk melihat kerja keras kita itu, walaupun mungkin hanya sejenak kunikmati buah pohon itu. Sebelum mataku hampir terpejam waktu itu aku berpesan agar engkau jangan lupa memberi sebahagian buah itu kepada orang- orang yang membutuhkannya. Kau harus ingat teman bahwa ada hak orang lain pada buah itu yang diperantarakan melalui kita. Jangan ajarkan mereka serakah teman seperti kebanyakan orang sekarang ini. Ajarkan hal baik yang pernah engkau ketahui kepada penanam-penanam pohon sesudah kita nantinya. Ajarkan pula tentang sebuah kerja keras kepada mereka.
kini aku semakin lelah kawan.ingin lebih cepat rasanya mataku ini terpejam. pandanganku pun semakin jauh menembus birunya langit. Rawatlah pohon impian kita itu temanku.



                                                                                                                         Kendari,  Desember 2011

                                                                                                                         T i l i s   T i a d i

0 komentar:

Post a Comment